Hujan pertama tiba, dan seakan-akan langit menyadari bahwa tanah ini telah terlalu lama terluka. Tetesan-tetesannya berdansa di udara, menyentuh setiap serpihan kenangan yang terabaikan. Namun, di balik aroma petrichor yang semestinya menyegarkan, aku merasakan getaran pelan dari hatiku yang terluka.
Pada awalnya, aku merindukan rintik hujan yang menenangkan, suara halusnya yang memeluk bumi. Namun, kali ini, setiap tetes hujan seperti jarum yang menusuk kulitku yang sudah rapuh. Debu-debu kenangan yang terpendam, seolah-olah menari bersama air hujan, kembali menggelayuti jiwaku yang lelah.
Hujan ini, seharusnya menjadi obat bagi tanah yang kering kerontang, sama seperti harapanku untuk kesembuhan. Namun, ternyata, setiap tetesan yang jatuh bagai sentuhan dingin itu membuka kembali luka-luka yang selama ini terpendam. Sebuah kenangan yang kuharapkan terkubur bersama waktu, kini tumbuh segar seperti rerumputan yang tak terkendali.
Aku merenung di bawah hujan, membiarkan air jernih itu menyapu debu-debu masa lalu. Namun, semakin lama, semakin jelas terlihat bahwa hujan ini seakan-akan memperdalam bekas luka yang telah lama ku bawa. Setiap tetesnya, sebuah pengingat akan kehilangan, setiap gemercik air, serasa mencemoohkan rasa sakit yang kuharapkan akan sirna.
Pada akhirnya, aku berdiri di tengah hujan yang semestinya membawa kesegaran baru. Kulihat sekeliling, dan kurasakan sendiri, bahwa hujan pertama ini tidak membawa kelegaan. Sebaliknya, ia seperti pelukis yang tidak tahu kapan harus berhenti menggambar detil-detil kesedihan dalam kanvas hidupku.
Hujan pertama yang kuharapkan menghapus debu penutup luka, malah menjadi saksi bisu bagaimana kenangan-kenangan itu pulih kembali. Mungkin, hujan ini perlu dihadapi dengan tangan terbuka, karena, seperti hidup ini sendiri, terkadang penyembuhan datang dengan cara yang sulit dipahami. Sementara tetes-tetes hujan terus jatuh, aku berjalan pelan, mencoba menyusuri jejak langkahku yang terluka di bawah hujan yang semakin memperdalam makna dari "kesembuhan yang seharusnya".
0 komentar:
Posting Komentar